Sabtu, 05 Februari 2011

AKUNTANSI KEUANGAN (kartu persediaan)

Aktiva : Harta yang dimiliki perusahaan.
Akun : Nama perkiraan yang tercatat di dalam buku besar.
FIFO (First In
First Out)
: Metode penilaian sediaan yang membebankan yang
masuk lebih dahulu setelah harga pokok.
Harga pasar : Tingkat harga yang ditentukan oleh adanya
pemintaan dan penawaran.
Harga pokok : Sama dengan harga perolehan, yaitu harga beli
ditambah dengan biaya-biaya lain untuk pembelian
dan penjualan.
Jurnal : Buku harian yang digunakan untuk mencatat
transaksi-transaksi keuangan yang terjadi setiap
hari.
LIFO (Last In
First Out)
: Metode penilaian sediaan yang membebankan
sediaan yang masuk terakhir setelah harga pokok.
Memo : Singkatan dari memorandum artinya catatan yang
harus diingat dan diperhatikan.
Penjualan Kredit : Penjualan barang dagangan dengan pembayaran
dilakukan selang beberapa waktu setelah barang
diserahkan.
PSAK : (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan), yaitu
standar yang harus diikuti dalam pencatatan dan
pelaporan akuntansi di Indonesia.
Transaksi
keuangan
: Kejadian atau peristiwa yang menyangkut
perusahaan yang bersifat finansiil (bernilai uang)
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi 1
BAB I. PENDAHULUAN
DISKRIPSI JUDUL
Modul ini terdiri atas 3 (tiga) kegiatan belajar, yakni: (1)
menguraikan konsep dasar persediaan yang mencakup klasifikasi
persediaan, pengendalian internal persediaan, menentukan biaya
persediaan, (2) menentukan nilai persediaan dengan menggunakan sistem
pencatatan persediaan, sistem periodik dan (3) pencatatan persediaan
pada kartu persediaan dengan menggunakan sistem perpetual.
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Penjualan 2
PRASYARAT
Untuk memudahkan anda dalam memahami modul ini, maka
sebelum mempelajari modul ini, anda dipersyaratkan telah memiliki
kompetensi menerapkan konsep double entry recording, mengerjakan
prosedur pencatatan dalam siklus akuntansi untuk perusahaan dagang,
mengerjakan prosedur akuntansi kas dan surat berharga, dan
mengerjakan prosedur akuntansi piutang dagang dan piutang wesel untuk
perusahaan jasa maupun perusahaan dagang sesuai SKN Bidang
Pekerjaan Akuntansi, atau telah mempelajari modul-modul tertentu
dengan tuntas seperti terlihat pada peta kedudukan modul dengan
menunjukkan alat bukti-bukti yang otentik.
Modul-modul yang dipersyaratkan harus anda tempuh sebelum
mempelajari modul ini, yakni modul dengan judul:
? Menyusun laporan keuangan dengan menerapkan konsep double
entry recording,
? Mengerjakan prosedur pencatatan dalam siklus akuntansi untuk
perusahaan dagang.
? Mengerjakan prosedur akuntansi kas dan surat berharga.
? Mengerjakan prosedur akuntansi piutang dagang dan piutang wesel.
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Penjualan 3
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Bacalah petunjuk penggunaan modul ini dan pahamilah isinya,
untuk memudahkan anda dan guru/instruktur menggunakan modul ini
dalam proses pemelajaran.
a) Langkah-langkah yang harus anda (peserta diklat) tempuh
1. Bacalah dengan cermat rumusan tujuan akhir dari kegiatan belajar
ini yang memuat kinerja yang diharapkan, kriteria keberhasilan,
dan kondisi yang diberikan dalam rangka membentuk kompetensi
kerja yang akan dicapai melalui modul ini.
2. Bacalah dengan cermat dan pahami dengan baik daftar pertanyaan
pada “cek kemampuan” sebagai pengukur kompetensi yang harus
dikuasai dalam modul ini. Lakukan ini pada awal dan akhir
mempelajari modul untuk meyakinkan penguasaan kompetensi
sebagai pencapaian hasil belajar anda.
3. Diskusikan dengan sesama peserta diklat apa yang telah anda
cermati untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang tujuan
belajar dan kompetensi yang ingin dicapai dalam modul. Bila masih
ragu, maka tanyakanlah pada guru/instruktur sampai paham.
4. Bacalah dengan cermat peta kedudukan modul, prasyarat dan
pengertian dari istilah-istilah sulit dan penting dalam modul.
5. Bacalah dengan cermat materi setiap kegiatan belajar, rencanakan
kegiatan belajar, kerjakan tugasnya, dan jawablah pertanyaan tes,
kemudian cocokkan dengan kunci jawaban. Lakukan kegiatan ini
sampai anda tuntas menguasai hasil belajar yang diharapkan.
6. Bila dalam proses memahami materi anda mendapatkan kesulitan,
maka diskusikan dengan teman-teman anda atau konsultasikan
dengan guru/instruktur.
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Penjualan 4
7. Setelah anda menuntaskan semua kegiatan belajar dalam modul
ini, selanjutnya pelajarilah modul selanjutnya sesuai yang tertuang
pada peta kedudukan modul untuk Program Keahlian Akuntansi,
yakni modul akuntansi prosedur investasi jangka panjang, aktiva
tetap, hutang jangka panjang, dan akuntansi modal firma.
8. Anda tidak dibenarkan melanjutkan epada kegiatan belajar
berikutnya, bila belum menguasai secara tuntas materi pada
kegiatan belajar sebelumnya.
9. Setelah semua modul untuk mencapai satu kompetensi telah tuntas
dipelajari maka ajukan uji kompetensi dan sertifikasi.
b) Peranan Guru/Instruktur
1. Pastikan bahwa peserta diklat yang akan mempelajari modul ini
telah mempelajari modul-modul prasyarat secara tuntas.
2. Bantulan peserta diklat dalam menyusun rencana kegiatan belajar
dalam rangka mempelajari modul ini. Berikan perhatian khusus
pada perencanaan jenis kegiatan, tempat kegiatan belajar dan
waktu penyelesaian akhir pemelajaran, agar mereka dapat belajar
efektif dan efisien untuk mencapai sub-kompetensi standar.
3. Mengidentifikasi dan menganalisis sarana-prasarana kegiatan
belajar yang ada di SMK dan industri untuk mengoptimalkan
kegiatan pemelajaran.
4. Berikan motivasi, bimbingan dan pendampingan pada peserta diklat
agar semangat belajarnya meningkat.
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Penjualan 5
TUJUAN AKHIR
Spesifikasi kinerja yang diharapkan dikuasai setelah
menyelesaikan akhir pemelajaran dalam modul ini, yakni:
? menyiapkan dokumen penerimaan, penjualan serta retur
penjualan,
? mencatat ke dalam jurnal,
? mencatat ke dalam kartu persediaan barang,
? menentukan nilai persediaan akhir barang.
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi 6
KOMPETENSI
Kompetensi : Akuntansi Pos Neraca
Sub Kompetensi : Mengerjakan Akuntansi Sediaan
Alokasi Waktu : 36 jam.
SUB MATERI POKOK PEMELAJARAN
KOMPETENSI
KRITERIA
UNJUK KERJA
LINGKUP
BELAJAR SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN
E.4.
Mengerjakan
akuntansi
sediaan
? Mampu menjabarkan pengertian
akuntansi sediaan
? Mampu menjabarkan
pengendalian internal atas
sediaan
? Mampu menjabarkan dan
menggunakan metode
pencatatan sediaan barang
dagangan
? Mampu menjabarkan dan
menggunakan metode penilaian
sediaan
? Mampu membedakan pengaruh
penilaian sediaan terhadap laba
perusahaan
? Mampu menjabarkan dan
menggunakan metode sediaan
lower-of-cost-or-market
? Mampu menjabarkan dan
menggunakan metode marjin
kotor
? pengertian akuntansi
sediaan
? pengendalian internal
atas sediaan
? metode pencatatan
sediaan barang
dagangan
? metode penilaian
sediaan
? metode sediaan lowerof-
cost-or-market
? metode marjin kotor
? Teliti.
? Cermat.
? Jujur.
? Sabar.
? Tekun.
? Ulet.
? pengertian dan fungsi
akuntansi sediaan
? pengendalian internal atas
sediaan yang efektif
? pemilihan metode pencatatan
sediaan barang dagangan
? pemilihan metode penilaian
sediaan
? metode sediaan lower-ofcost-
or-market
? metode marjin kotor
? Mengerjakan
akuntansi
sediaan barang
dagangan
--
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi 7
CEK KEMAMPUAN
Sebelum anda memelajari modul ini, anda diminta untuk menjawab
semua pertanyaan di bawah ini. Kemudian, anda diminta belajar pada materi
yang belum anda kuasai dengan tuntas. Jawablah semua pertanyaan dengan
uraian singkat dan seperlunya.
Dapat
Mengerjakan
No Sub-Sub Kompetensi
Ya Tidak
1 Dapatkah anda menguraikan secara singkat
pengertian persediaan
2 Dapatkah anda mengerjakan perhitungan biaya
persediaan pada kertas folio bergaris.
3 Dapatkah anda membedakan sistem perpetual dan
periodical
4 Dapatkah anda menguraikan tentang deskripsi
berbagai metode penilaian (metode HP spesifik FIFO,
LIFO, dan weighted average
5 Dapatkah anda menguraikan hubungan antar
penggunaan berbagai macam metode penilaian
terhadap laba dan arus
6 Dapatkah anda mengerjakan teknik & prosedur dalam
menentukan nilai persediaan menurut sistem
pencatatan
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
8
BAB II. PEMBELAJARAN
A.RENCANA BELAJAR PESERTA DIKLAT
Kompetensi : Akuntansi Pos Neraca
Sub Kompetensi : Mengerjakan Prosedur Akuntansi Persediaan
Jenis
Kegiatan Tanggal Waktu
Tempat
Belajar
Alasan
Perubahan
Tanda
Tangan
Guru
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
9
B. KEGIATAN BELAJAR
1. Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Persediaan
A. Tujuan Pemelajaran 1
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran bagian pertama, mengenai
hakekat persediaan, diharapkan anda mampu:
1. menjelaskan pengertian persediaan.
2. menjelaskan pengendalian internal persediaan.
3. mengidentifikasi saat pengakuan persediaan (status kepemilikan).
4. mengidentifikasi biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan
dan harga pokok barang yang dijual.
B. Uraian Materi 1
Istilah persediaan dalam akuntansi ditujukan untuk menyatakan suatu
jumlah aktiva berwujud (tangible assets) yang memenuhi kriteria (PSAK:
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan
bahwa persediaan adalah aktiva:
a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b) dalam proses produksi dan atau perjalanan atau
c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.
KLASIFIKASI PERSEDIAAN
Berdasarkan kriteria di atas, persediaan mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
a) Barang dagangan yaitu barang yang dibeli oleh perusahaan dari pihak lain
dalam kondisi sudah siap untuk dijual tanpa melakukan pemrosesan lebih
lanjut. Misalnya persediaan pedagang mobil akan terdiri dari mobil,
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
10
persediaan toko bahan makanan akan terdiri dari sayur, daging,
makanan/minuman dalam kaleng, bahan roti dan kue, dan lain-lain.
b) Bahan baku adalah barang-barang yang beli oleh perusahaan dalam
keadaan harus dikembangkan/diproses lebih lanjut yang akan menjadi
bagain utama dari barang jadi. Misalnya untuk memproduksi sepeda maka
bahan baku yang dibutuhkan adalah pipa baja.
c) Bahan pembantu adalah barang-barang yang beli oleh perusahaan dalam
rangka mendukung proses produksi sampai menjadi barang jadi. Misalnya
aksesoris perlengkapan sepeda merupakan bahan pembantu bagi
pembuatan sepeda.
d) Barang dalam proses adalah bahan yang sudah dimasukkan dalam suatu
proses produksi tetapi belum selesai diolah, sehingga baru menyerap
sebagian biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Barang dalam proses dapat dilihat ketika anda berkunjung ke sebuah
pabrik yang sedang dalam proses produksi, misalnya pipa baja yang
sedang diproses dengan mesin agar menjadi bentuk yang diharapkan.
e) Barang jadi adalah produk selesai yang dihasilkan dari suatu pengolahan
produk dan telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja serta biaya
overhead pabrik secara tuntas. Misalnya penyelesaian akhir dari sebuah
sepeda sehingga menjadi sepeda yang siap untuk dijual.
PENGENDALIAN INTERNAL PERSEDIAAN
Pengendaian internal atas persediaan merupakan hal yang penting,
terutama bagi perusahaan dagang karena nilainya sangat material. Oleh
karena itu umumnya perusahaan menerapkan pengendalian internal atas
persediaan sebagai berikut:
a) Perhitungan fisik persediaan dilakukan paling tidak satu tahun sekali,
apapun sistem pencatatan persediaan yang digunakan.
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
11
b) Membuat prosedur pembelian, penerimaan, dan pengiriman yang seefektif
mungkin.
c) Menyimpan persediaan dengan baik, untuk menghindarkan persediaan
dari pencurian, kerusakan atau penyusutan nilai persediaan.
d) Membatasi akses persediaan pada orang yang tidak mempunyai akses
pada pencatatan persediaan.
e) Menggunakan sistem perpetual untuk persediaan yang mempunyai nilai
tinggi.
f) Membeli persediaan dalam jumlah ekonomis.
g) Menyimpan persediaan dalam jumlah yang memadai sehingga
menghindari terjadi kekurangan persediaan yang menyebabkan hilangnya
penjualan namun juga tidak menyimpan persediaan terlalu banyak
sehingga menimbun dana pada persediaan.
Penghitungan fisik setidaknya setiap tahun harus dilakukan karena kita
akan dapat mengetahui secara pasti jumlah persediaan yang masih ada di
tangan. Hal ini perlu karena sistem akuntansi yang baik pun masih mungkin
terjadi kesalahan, misalnya karena ketidaksengajaan terjadi kesalahan
pencatatan. Oleh karena itu penghitungan fisik persediaan dimaksudkan untuk
mengoreksi kesalahan tersebut. Jika terjadi kesalahan pencatatan maka akan
dibuat penyesuaian sehingga pada akhirnya saldo persediaan menurut
pencatatan akan sama dengan perhitungan fisik.
Pemisahan antara pegawai yang menangani persediaan dari catatan
akuntansi merupakan hal yang penting, karena petugas yang mempunyai
akses pada persediaan dan juga akuntansinya akan dapat mencuri barang dari
gudang dan mengubah catatan akuntansinya untuk menutupi kecurangannya.
Sistem persediaan yang terkomputerisasi dapat membantu perusahaan
menjaga jumlah persediaan sehingga tidak kekurangan dan tidak pula terlalu
banyak.
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
12
Kepemilikan Persediaan
Suatu barang dikatakan sebagai persediaan jika barang tersebut benarbenar
dimiliki oleh perusahaan tanpa memandang lokasi persediaan tersebut.
Agar dapat disusun laporan keuangan secara wajar, maka harus ditentukan
apakah suatu elemen persediaan sudah secara sah menjadi hak milik
perusahaan. Masalah yang mungkin terjadi pada akhir periode dalam rangka
menentukan status kepemilikan persediaan, yakni antara lain:
a) Barang dalam perjalanan (Goods in transit)
Masalah yang timbul apabila barang masih dalam perjalanan adalah
sulitnya menentukan apakah barang tersebut masih menjadi hak milik
penjual atau sudah menjadi hak milik pembeli. Untuk mengatasi hal ini,
maka dua syarat penyerahan barang digunakan sebagai dasar penentuan,
yaitu FOB Shipping Point atau FOB Destination.
FOB Destination Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang
penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak penjual. Ini berarti
bahwa barang-barang dalam perjalanan masih merupakan hak milik
penjual.
FOB Shipping Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang
penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak pembeli, ini berarti
pembeli adalah pemilik dari barang-barang yang masih dalam perjalanan.
Oleh karena itu dalam menentukan saldo persediaan untuk satu periode
perusahaan harus mencatat jumlah barang dagangan dalam perjalanan.
b) Barang Konsinyasi
Perjanjian konsinyasi mengijinkan suatu perusahaan lain untuk
menyimpan persediaan dalam gudang mereka namun mereka tidak harus
membeli persediaan tersebut. Dengan perjanjian ini, pemasok
memberikan persediaan untuk dijual kembali dengan menahan
kepemilikan persediaan sampai terjualnya persediaan tersebut. BarangSMK
Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
13
barang konsinyasi masih tetap dilaporkan sebagai bagian dari persediaan
pemiliknya sampai barang tersebut dijual kepada pihak ketiga. Barangbarang
ini dilaporkan sebesar harga perolehannya (cost) di tambah biayabiaya
yang dikeluarkan untuk memindahkan barang tersebut dari gudang
pemilik ke gudang perusahaan yang menjualkannya.
Kepemilikan Persediaan
Sebagai pedoman umum, barang yang masuk sebagai persediaan
adalah barang yang benar-benar dimiliki oleh perusahaan tanpa memandang
lokasi persediaan tersebut. Agar dapat disusun laporan keuangan secara
wajar, maka harus ditentukan apakah suatu elemen persediaan sudah secara
sah menjadi hak milik perusahaan. Masalah yang mungkin terjadi pada akhir
periode dalam rangka menentukan status kepemilikan persediaan, yakni
antara lain:
a. Barang dalam perjalanan (Goods in transit)
Masalah yang timbul apabila barang masih dalam perjalanan adalah
sulitnya menentukan apakah barang tersebut masih menjadi hak milik
penjual atau sudah menjadi hak milik pembeli. Untuk mengatasi hal ini,
maka dua syarat penyerahan barang digunakan sebagai dasar penentuan,
yaitu FOB Shipping Point atau FOB Destination.
FOB Destination Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang
penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak penjual. Ini berarti
bahwa barang-barang dalam perjalanan masih merupakan hak milik
penjual.
FOB Shipping Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang
penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak pembeli, ini berarti
pembeli adalah pemilik dari barang-barang yang masih dalam perjalanan.
Oleh karena itu, dalam menentukan saldo persediaan untuk satu periode
perusahaan harus mencatat jumlah barang dagangan dalam perjalanan.
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
14
b. Barang Konsinyasi
Perjanjian konsinyasi mengijinkan suatu perusahaan lain untuk
menyimpan persediaan dalam gudang mereka namun mereka tidak harus
membeli persediaan tersebut. Dengan perjanjian ini, pemasok
memberikan persediaan untuk dijual kembali dengan menahan
kepemilikan persediaan sampai terjualnya persediaan tersebut. Barangbarang
konsinyasi masih tetap dilaporkan sebagai bagian dari persediaan
pemiliknya sampai barang tersebut dijual kepada pihak ketiga. Barangbarang
ini dilaporkan sebesar harga perolehannya (cost) di tambah biayabiaya
yang dikeluarkan untuk memindahkan barang tersebut dari gudang
pemilik ke gudang perusahaan yang menjualkannya.
MENENTUKAN BIAYA PERSEDIAAN
Persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan tergantung dari jenis
usahanya. Misalnya suatu perusahaan dagang hanya memiliki satu jenis
persediaan yaitu persediaan barang dagangan, sedang perusahaan industri
akan memiliki lebih dari satu jenis persediaan. Oleh karena itu adalah penting
untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan harga perolehan persediaan
atau biaya persediaan. Menurut PSAK no 14 biaya persediaan harus meliputi
semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau
dipakai (present location and condition). Sedangkan biaya pembelian
persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainya (kecuali
yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada kantor pajak)
dan biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainya secara langsung dapat
diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang
(trade discount), rabat dan pos lain yang serupa di kurangkan dalam
menentukan biaya pembelian.
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
15
Dalam hal persediaan adalah bahan baku atau barang yang diperoleh
untuk dijual kembali maka biaya termasuk didalamnya adalah harga
pembelian, biaya angkut, biaya asuransi, pajak dan biaya penyimpanan. Dalam
hal persediaan adalah barang dalam proses maka biaya terdiri dari bahan
baku, tenaga kerja produksi dan sebagian overhead pabrik yang diharuskan
untuk menjaga pabrik tetap berjalan. Dalam hal persediaan adalah barang jadi
maka biaya terdiri dari bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead yang
digunakan dalam proses produksi barang tersebut.
Harga Pokok Penjualan
Tujuan pokok akuntansi persediaan adalah menetapkan secara layak
hasil usaha selama satu periode dengan mengaitkan pendapatan terhadap
biaya untuk memperoleh dan mempertahankan penghasilan tersebut. Dalam
akuntansi persediaan harus ditentukan apakah suatu persediaan merupakan
beban atau merupakan aktiva. Jika persediaan telah terjual maka persediaan
tersebut akan dilaporkan sebagai beban atau merupakan komponen dari harga
pokok penjualan, sebaliknya jika persediaan tersebut masih merupakan milik
perusahaan (belum terjual) maka akan dilaporkan sebagai aktiva lancar
perusahaan.
Menurut PSAK no 14, jika barang dalam persediaan di jual, maka nilai
tercatat persediaan tersebut harus diakui sebagai beban pada periode
diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Proses pengakuan nilai tercatat
persediaan yang telah dijual sebagai beban menghasilkan pengaitan
(matching) beban dengan pendapatan.
Oleh karena itu dalam menentukan besarnya laba harus dihitung
terlebih dahulu besarnya harga pokok penjualan. Persediaan yang dibeli atau
dibuat selama suatu periode ditambahkan ke persediaan awal dan jumlah
biaya persediaan ini disebut dengan harga pokok barang tersedia untuk dijual.
Pada akhir periode akuntansi, jumlah biaya yang tersedia untuk dijual
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
16
dialokasikan antara persediaan yang masih tersisa (dicatat di neraca sebagai
aktiva) dan persediaan yang dijual selama periode (dilaporkan dalam laba rugi
sebagai biaya, harga pokok penjualan). Secara ringkas dapat kita ilustrasikan
sebagai berikut:
Penjualan barang dagangan XXX
Harga pokok penjualan terdiri dari:
Persediaan 1 Jan 2003 XXX
Pembelian XXX
(Retur pembelian) (XXX)
(Potongan pembelian) (XXX)
Pembelian bersih XXX
Persediaan tersedia untuk dijual XXX
Persediaan 31 Des 2003 (XXX)
Harga pokok penjualan barang dagangan (XXX)
Laba/(Rugi) kotor XXX
Dalam menentukan harga perolehan dan harga pokok persediaan akan
dipengaruhi oleh sistem pencatatan dan system penilaian persediaan yang
digunakan oleh perusahaan.
C. Rangkuman Materi 1
Persediaan merupakan aktiva lancar perusahaan yang tersedia untuk
dijual dalam kegiatan usaha normal, masih dalam proses produksi untuk
diselesaikan dan atau dalam perjalanan, serta dalam bentuk bahan atau
perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Persediaan dapat dikelompokkan sebagai persediaan barang dagangan
persediaan bahan baku, persediaan bahan pembantu, persediaan barang
dalam proses dan persediaan barang jadi. Dalam menentukan status
kepemilikan harus memperhatikan syarat pengiriman barang, apakah FOB
Shipping Point ataukah FOB Destination.
Dalam menentukan laba/rugi perusahaan terlebih dahulu ditentukan
harga pokok penjualan yang terdiri atas persediaan awal ditambah pembelian
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
17
dikurangi retur dan potongan pembelian, kemudian dikurangi dengan
persediaan akhir, dimana proses perhitungan ini akan dipengaruhi oleh
metode pencatatan dan penilaian persediaan.
D. Tugas Materi 1
1. Kumpulkan informasi dari perusahaan dagang yang ada di sekitar anda
mengenai nama-nama barang yang merupakan persediaan bagi
perusahaan tersebut.
2. Identifikasikan apakah didalamnya terdapat persediaan yang merupakan
barang konsinyasi
3. Tanyakan kepada petugas perusahaan mengenai perlakuan perusahaan
terhadap barang konsinyasi tersebut
4. Diskusikan temuan anda bersama kelompok anda, jika terdapat
ketidaksesuaian dengan teori yang ganda peroleh, laporkan kepada
fasilitator dan analisalah penyebab perbedaan tersebut.
E. Tes Formatif 1
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan persediaan menurut PSAK dan
berikan contoh!
2. Uraikan pengendalian internal persediaan yang seringkali dilakukan oleh
perusahaan!
3. Jelaskan dua kondisi yang mempengaruhi saat pengakuan persediaan
(status kepemilikan)!
4. Jelaskan perbedaan antara FOB Shipping Point dan FOB Destination dalam
kaitannya dengan status kepemilikan barang!
5. Identifikasikan biaya-biaya yang harus dimasukkan dalam persediaan
6. Bagaimana menentukan harga pokok barang yang dijual?
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
18
F. Kunci Jawaban Tes Formatif
1. Persediaan adalah aktiva:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
b. Dalam proses produksi dan atau perjalanan atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Contoh persediaan bagi toko buku adalah alat-alat tulis, majalah, dan
buku-buku teks
2. Pengendalian internal persediaan umumnya sebagai berikut:
a. Perhitungan fisik persediaan dilakukan paling tidak satu tahun sekali,
apapun sistem pencatatan persediaan yang digunakan
b. Membuat prosedur pembelian, penerimaan, dan pengiriman yang
seefektif mungkin
c. Menyimpan persediaan dengan baik, untuk menghindarkan
persediaan dari pencurian, kerusakan atau penyusutan nilai
persediaan
d. Membatasi akses persediaan pada orang yang tidak mempunyai
akses pada pencatatan persediaan
e. Menggunakan sistem perpetual untuk persediaan yang mempunyai
nilai tinggi
f. Membeli persediaan dalam jumlah ekonomis
g. Menyimpan persediaan dalam jumlah yang memadai sehingga
menghindari terjadi kekurangan persediaan yang menyebabkan
hilangnya penjualan namun juga tidak menyimpan persediaan terlalu
banyak sehingga menimbun dana pada persediaan.
3. Dua kondisi yang mempengaruhi status kepemilikan persediaan adalah
adanya barang dalam perjalanan (goods in transit) dan barang
konsinyasi.
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
19
4. Pengaruh syarat pengiriman FOB Shipping Point terhadap pengakuan
persediaan yaitu persediaan diakui sebagai hak milik perusahaan begitu
barang keluar dari gudang penjual, sedangkan pada FOB Destination
pengakuan sebagai hak milik adalah bila barang sudah sampai ke
gudang pembeli.
5. menurut PSAK no 14, biaya persediaan harus meliputi semua biaya
pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai
persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual
atau dipakai (present location and condition).
6. Harga pokok penjualan terdiri dari:
Persediaan awal XXX
Pembelian XXX
(Retur pembelian) (XXX)
(Potongan pembelian) (XXX)
Pembelian bersih XXX
Persediaan tersedia untuk dijual XXX
Persediaan akhir (XXX)
Harga pokok penjualan barang dagangan XXX
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
20
2. Kegiatan Belajar 2: Menentukan Nilai Persediaan
A. Tujuan Pemelajaran 2
Setelah mempelajari kegiatan pemelajaran 2, diharapkan anda mampu:
1. Membedakan karakteristik kedua sistem pencatatan persediaan
2. Menjelaskan metode penilaian persediaan
3. Menjelaskan pelaporan persediaan di neraca
B. Uraian Materi 2
SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN
Untuk dapat menetapkan nilai persediaan pada akhir periode dan
menetapkan biaya persediaan selama satu periode, sistem persediaan yang
digunakan adalah:
1. Sistem Periodik (physical), yaitu pada setiap akhir periode dilakukan
perhitungan secara phisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir.
Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barangbarang
yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan
dengan suatu tingkat harga/biaya.
Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya memiliki
karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun nilainya relatif kecil.
Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di sebuah pusat perkantoran dan
pertokoan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis,
aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan beraneka
ragam namun nilainya relatif kecil sehingga tidaklah efisien jika harus
mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil namun frekuensi transaksi
tinggi. Meskipun demikian sebenarnya pada saat ini alasan tersebut dapat
diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang meMudahkan
pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko
retail.
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
21
2. Sistem Permanen (Perpetual), yaitu melakukan pembukuan atas
persediaan secara terus menerus yaitu dengan membukukan setiap
transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem perpetual
ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang tinggi
untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga
perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat
mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan alat rumah tangga
elektronik (mesin cuci, kulkas, microwave)
Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang
digunakan untuk mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan
periodik pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian
sehingga pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat
harga pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir
periode. Contoh, pembelian secara tunai selama tahun 2003 senilai
Rp1.000.000,00. Persediaan akhir periode 2002 adalah Rp250.000,00.
Perhitungan fisik menunjukkan saldo persediaan pada akhir 2003 adalah
Rp300.000,00. Maka jurnal yang dibuat sbb:
Pembelian
Kas
1.000.000
1.000.000
(mencatat pembelian persediaan selama tahun2002)
Jurnal penyesuaian yang dibuat:
Harga pokok persediaan yang dijual
Persediaan (awal)
250.000
250.000
(menyesuaikan persediaan awal periode)
Harga pokok persediaan yang dijual
Pembelian
1.000.000
1.000.000
(menyesuaikan pembelian persediaan terhadap harga pokok)
Persediaan (akhir)
Harga pokok persediaan yang
dijual
300.000
300.000
(menyesuaikan persediaan akhir periode)
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
22
Apabila perusahaan menggunakan system perpertual maka tidak diperlukan
jurnal penyesuain seperti di atas karena pembelian dan penjualan langsung
dicatat ke akun persediaan sehingga harga pokok persediaan yang dijual
maupun nilai persediaan akhir sudah tercermin dalam buku besar.
Persediaan
Kas
1.000.000
1.000.000
(mencatat pembelian persediaan selama tahun 2002)
Harga pokok persediaan yang dijual
Persediaan
950.000
950.000
(mencatat harga pokok barang yang dijual)*
* perhitungan harga pokok barang yang dijual = 250.000+1.000.000-300.000
PENENTUAN NILAI PERSEDIAAN (SISTEM PERIODIK)
Dalam penentuan nilai persediaan dapat digunakan beberapa metode,
yaitu:
1. Metode Harga Pokok Spesifik
Metode ini digunakan untuk persediaan yang dapat diidentifikasikan secara
individu dan dapat ditentukan asal pembeliannya serta harga pokoknya
sesuai dengan harga beli yang sesungguhnya. Metode ini seringkali
digunakan oleh perusahaan yang menjual barang dengan harga mahal dan
setiap barang memiliki identitas, seperti mobil.
Ilustrasi 1: Menentukan nilai persediaan dengan metode harga pokok spesifik.
Mobil A Mobil B Mobil C
Pembelian Rp 40.000 Rp 50.000 Rp 180.000
Penjualan Rp 45.000 --- ---
1) Jurnal untuk mencatat pembelian:
Pembelian (Mobil A) Rp 40.000,00
Pembelian (Mobil B) Rp 50.000,00
Pembelian (Mobil C) Rp 180.000,00
Kas ( Hutang) Rp 270.000,00
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
23
2) Jurnal untuk mencatat penjualan:
Kas ( Piutang ) Rp 45.000,00
Penjualan Rp 45.000,00
3) Menentukan persediaan akhir:
Mobil yang belum terjual adalah mobil B dan Mobil C yang nilai belinya
adalah:
Rp. 50.000,00 + Rp. 180.000,00 = Rp. 230.000,00
4) Melaporan Persediaan dalam neraca akhir:
2. Metode First In First Out (FIFO)/Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)
Di dalam metode ini biaya persediaan yang paling awal yang ada terlebih
dahulu dibebankan sebagai harga pokok penjualan. Dengan demikian
barang yang ada dalam persediaan dianggap berasal dari pembelianpembelian
sebelumnya dianggap telah dijual atau dikeluarkan.
Ilustrasi 2: Menentukan nilai persediaan dengan metode FIFO/MPKP.
Transaksi perdagangan PT. TOTO, Jakarta dalam bulan Januari 2002:
01/1 Saldo 10 unit @ Rp 10.000,00
10/1 Pembelian 25 unit @ Rp 20.000,00
20/1 Pembelian 5 unit @ Rp 30.000,00
Total 40 unit
25/1 Penjualan 30 unit
31/1 Sisa di gudang 10 unit (dihitung secara fisik di gudang).
Harga Pokok Penjualan untuk 30 unit yang terjual adalah:
10 unit @ Rp. 10.000,00 + 20 unit @ Rp. 20.000,00
Neraca akhir periode:
Persediaan (D) Rp. 230.000,00
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
24
Maka nilai persediaan atas dasar metode FIFO adalah:
5 unit @ Rp. 20.000,00 = Rp. 100.000,00
5 unit @ Rp. 30.000,00 = Rp. 150.000,00
Rp. 250.000,00
3. Metode Last In First Out (LIFO)/Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)
Metode yang didasarkan pada anggapan bahwa biaya persediaan yang
paling akhir yang akan terlebih dahulu dibebankan sebagai harga pokok
penjualan. Jadi metode LIFO adalah kebalikan dari metode FIFO.
Ilustrasi 3: Menentukan nilai persediaan dengan metode LIFO/MTKP.
Transaksi perdagangan PT. TATA, Jakarta dalam bulan Januari 2002:
01/1 Saldo 10 unit @ Rp 10.000,00
10/1 Pembelian 25 unit @ Rp 20.000,00
20/1 Pembelian 5 unit @ Rp 30.000,00
Total 40 unit
25/1 Penjualan 30 unit
31/1 Sisa di gudang 10 unit (dihitung secara fisik di gudang)
Harga Pokok Penjualan untuk 30 unit yang terjual adalah:
5 unit @ Rp. 30.000,00 + 25 unit @ Rp. 20.000,00
Maka nilai persediaan atas dasar metode LIFO adalah:
10 unit @ Rp. 10.000,00 = Rp. 100.000,00
4. Metode Rata-rata atau Rata-rata Tertimbang
Dalam metode rata-rata tertimbang, biaya rata-rata barang ditentukan
dengan cara membagi jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual total
kuantitasnya, atau dengan rumus:
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
25
Perpersediaan awal + Pembelian
Biaya rata-rata per unit = __________________________
Total Unit
Ilustrasi 4: Menentukan nilai persediaan dengan metode Rata-rata Tertimbang.
Transaksi perdagangan PT. BABBU, Jakarta bulan Januari 2000:
01/1 Saldo 10 unit @ Rp 10.000,00 = Rp. 100.000,00
10/1 Pembelian 25 unit @ Rp 20.000,00 = Rp. 500.000,00
20/1 Pembelian 5 unit @ Rp 30.000,00 = Rp. 150.000,00
Total 40 unit = Rp. 750.000,00
Harga Rata-rata Tertimbang = Rp. 750.000,00 = Rp. 18.750,00
40
25/1 Penjualan 30 unit @ Rp. 18.750,00
31/1 Sisa di gudang 10 unit (dihitung secara phisik di gudang)
Maka nilai persediaan atas dasar metode Rata-rata Tertimbang adalah:
10 unit @ Rp. 18.750,00 = Rp. 187.500,00
Pengaruh metode FIFO, LIFO, Rata-rata Tertimbang terhadap laba.
Misalnya, penjualan 30 unit @ Rp. 40.000,- maka dapat dibuat
perbandingan berikut di bawah:
Keterangan FIFO LIFO Rerata
Tertimbang
Penjualan 30 unit
@ Rp 40.000 per
unit
Rp 1.200.000,00 Rp 1.200.000,00 Rp 1.200.000,00
HP barang yang
dapat dijual
Rp 750.000,00 Rp 750.000,00 Rp 750.000,00
Persediaan akhir
10 unit
Rp 250.000,00 Rp 100.000,00 Rp 187.500,00
Harga penjualan Rp 500.000,00 Rp 650.000,00 Rp 562.500,00
Laba kotor Rp 700.000,00 Rp 550.000,00 Rp 637.500,00
Ringkasan pengaruh
ke tiga metode
Perpersediaan
akhir tertinggi
HPP terendah.
Laba Kotor
- Persediaan akhir
terendah
- HPP tertinggi
- Laba kotor
terendah
Hasil berada
diantara hasil
FIFO dan LIFO
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
26
Untuk keperluan pembukuan perusahaan, pemilihan antara metode FIFO,
LIFO dan Rata-rata tertimbang tergantung pada kebijakan manajemen.
Peraturan perpajakan di Indonesia hanya membolehkan metode FIFO
atau rata-rata tertimbang.
C. Rangkuman Materi 2
Pencatatan persediaan dapat dilakukan dengan system periodic dan
perpetual. Perbedaan kedua system adalah pada system periodic pencatatan
dilakukan pada akhir periode sedangkan pada sistem perpetual pencatatan
dilakukan setiap saat terjadinya transaksi.
Dalam penentuan nilai persediaan dapat digunakan beberapa metode,
yaitu Metode Harga Pokok Spesifik, Masuk Pertama Keluar Pertama, Masuk
Terakhir Keluar Pertama, Metode Rata-rata atau Rata-rata Tertimbang, Metode
Rata-rata atau Rata-rata Tertimbang, dan Metode Taksiran.
D. Tugas Materi 2
1. Dapatkan informasi dari 10 perusahaan mengenai metode pencatatan
yang digunakan oleh perusahaan secara berkelompok
2. Kelompokkan perusahaan tersebut berdasarkan metode pencatatan yang
digunakan
3. Identifikasi karakteristik (jenis persediaan dan harga barang) masingmasing
perusahaan
4. Buatlah kesimpulan karakteristik perusahaan dikaitkan dengan metode
pencatatannya
5. Laporkan hasil diskusi anda kepada fasilitator.
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
27
E. Tes Formatif 2
1. Jelaskan perbedaan kedua sistem pencatatan persediaan!
2. Jelaskan metode-metode yang digunakan untuk menentukan nilai
persediaan!
3. Transaksi untuk PT ASA (Perusahaan dagang bahan makanan) selama
bulan Januari 2002 adalah sebagai berikut.
Januari 01 Saldo 100 Kg @ Rp 20.000,00
05 Pembelian 500 kg @ Rp 20.000,00
06 Penjualan 450 kg @
10 Pembelian 600 kg @ Rp 21.000,00
15 Penjualan 500 kg
20 Pembelian 800 kg @ Rp 23.000,00
25 Penjualan 750 kg
Hitunglah nilai persediaan pada 32 Januari 2002 pebruari dengan sistem
periodik dengan menggunakan FIFO, LIFO, dan rata-rata tertimbang.
F. Kunci Jawaban Tes Formatif 2
1. Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan
untuk mencatat pembelian persediaan. Pada system pencatatan periodic
pembelian persediaan dicatat dengan mendebit akun pembelian sehingga
pada kahir periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga
pokok barang yang dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir
periode. Apabila perusahaan menggunakan system perpertual maka tidak
diperlukan jurnal penyesuain.
2. Metode Rata-rata atau Rata-rata Tertimbang Masuk Terakhir Keluar
Pertama, dan Metode Rata-rata atau Rata-rata Tertimbang
3. Sistem Periodik (Metode FIFO).
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
28
Transaksi perdagangan PT. ASA, Jakarta dalam bulan Januari 2003:
1/1 Saldo 100 Kg @ Rp 20.000,00
5/1 Pembelian 500 Kg @ Rp 22.000,00
10/1 Pembelian 600 Kg @ Rp 21.000,00
20/1 Pembelian 800 Kg @ Rp 23.000,00
Total 2000 Kg
Total Penjualan 1700 Kg
31/1 Sisa di gudang 300 Kg (dihitung secara fisik di gudang).
Maka nilainya adalah:
300 Kg x Rp. 23.000,00 = Rp. 6.900.000,00
Sistem Periodik (Metode LIFO)
Transaksi perdagangan PT. ASA, Jakarta dalam bulan Januari 2003:
1/1 Saldo 100 Kg @ Rp 20.000,00
5/1 Pembelian 500 Kg @ Rp 22.000,00
10/1 Pembelian 600 Kg @ Rp 21.000,00
20/1 Pembelian 800 Kg @ Rp 23.000,00
Total 2000 Kg
Total Penjualan 1700 Kg
31/1 Sisa di gudang 300 Kg (dihitung secara fisik di gudang).
Maka nilainya adalah:
100 Kg x Rp. 20.000,00 = Rp. 2.000.000,00
200 Kg x Rp. 22.000,00 = Rp. 4.400.000,00
300 Kg = Rp. 6.600.000,00
Sistem Periodik (Metode Rata-rata Tertimbang)
Transaksi perdagangan PT. ASA, Jakarta dalam bulan Januari 2003:
1/1 Saldo 100 Kg @ Rp 20.000,00 = Rp. 2.000.000,00
5/1 Pembelian 500 Kg @ Rp 22.000,00 = Rp. 11.000.000,00
10/1 Pembelian 600 Kg @ Rp 21.000,00 = Rp. 12.600.000,00
20/1 Pembelian 800 Kg @ Rp 23.000,00 = Rp. 18.400.000,00
Total 1000 Kg = Rp. 44.000.000,00
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
29
Harga Rata-rata = Rp. 44.000.000,00 = Rp. 22.000,00
2000
31/1 Sisa di gudang 300 Kg (dihitung secara fisik di gudang).
Maka nilai persediaan per 31/1 adalah:
300 Kg x Rp. 22.000,00 = Rp. 6.600.000,00
G. Lembar Kerja
(a) Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk kegiatan belajar bagian ini, yakni:
? Alat-alat tulis, yaitu buku catatan, pensil, ballpoint, penghapus,
penggaris.
? Kalkulator.
? Buku literatur akuntansi keuangan yang relevan.
(b) Bahan-bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran ini adalah:
? Buku harian (Jurnal).
(c) Langkah-langkah Menentukan Nilai Persediaan
Dalam menentukan nilai persediaan maka langkah-langkahnya adalah:
? Mencatat transaksi pembelian dan penjualan barang dagang.
? Menentukan nilai persediaan akhir dengan metode tertentu.
? Melaporkan nilai persediaan akhir dalam laporan keuangan.
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
30
3. Kegiatan Belajar 3: Pencatatan persediaan pada kartu
persediaan
A. Tujuan Pemelajaran 3
Setelah mempelajari kegiatan pemelajaran menentukan nilai persediaan
dengan system perpetual dalam bagian satu, diharapkan anda:
1. dapat menjelaskan fungsi kartu persediaan
2. dapat mencatat transaksi persediaan ke dalam kartu persediaan
B. Uraian Materi 3
PENENTUAN KUANTITAS PERSEDIAAN SISTEM PERPETUAL
Dalam sistem perpetual, untuk mengetahui jumlah persediaan yang ada
tidak perlu menghitung secara fisik terhadap sisa barang yang ada di gudang.
Persediaan barang pada setiap saat bisa diketahui dari pembukuan, karena
setiap transaksi yang mempengaruhi besarnya persediaan langsung dicatat ke
dalam akuntansi persediaan sebesar harga pokoknya.
Sistem perpetual memiliki karakteristik:
? Mencatat setiap mutasi.
? Akun persediaan menunjukkan nilai persediaan setiap saat.
? Memberikan tingkat kontrol yang akurat.
? Setiap transaksi penjualan barang, harga pokok barang yang di jual
dihitung dan dicatat pada debet akun “Harga Pokok Penjualan”.
? Untuk perusahaan yang memiliki nilai persediaan yang tinggi.
PENENTUAN NILAI PERSEDIAAN (SISTEM PERPETUAL)
Dalam sistem perpetual, untuk mencatat setiap transaksi yang
mempengaruhi besarnya persediaan digunakan kartu persediaan. Dengan
kartu ini maka dapat diketahui nilai dan kuantitas setiap jenis persediaan yang
dimiliki perusahaan.
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
31
Contoh Penggunaan Kartu Persediaan:
KARTU PERSEDIAAN
Nama Perusahaan : PD TATA No. Kode Barang :
Nama Barang : No. Kode rek :
Lokasi : Metode : MPKP
--
Tanggal Pembelian Penjualan Saldo
19X8 Unit Harga
perunit
Total Unit Harga
perunit
Total Unit Harga
perunit
Total
Maret 1 - - - - - - 14 Rp 300 Rp 4.200
5 - - - 4 Rp 300 Rp 1.200 10 Rp 300 Rp 3.200
- - - 9 Rp 300 Rp 2.700 1 Rp 300 Rp 300
7 5 Rp320 Rp1.600 - - - 1 Rp 300 Rp 300
5 Rp 320 Rp 1.600
2
1
7 Rp2.310 - - - 1 Rp 300 Rp 300
- - - - - - 5 Rp 320 Rp 1.600
- - - - - - 7 Rp 330 Rp2.310
3
0
- - - 1 Rp 300 Rp 300 1 Rp 320 Rp 320
4 Rp 320 Rp1.280 7 Rp 330 Rp2.310
Total 12 - Rp3.910 18 - Rp5.480 8 - Rp2.630
Dalam sistem perpetual, setiap transaksi yang mempengaruhi besarnya
persediaan, langsung dicatat ke dalam akun persediaan sebesar harga
pokoknya.
Contoh:
1. Transaksi yang terjadi pada PT TATA selama bulan maret 2003
adalah sebagai berikut:
Persediaan Rp 51.000.000,00
Pembelian kredit
(setelah dikurangi potongan dan retur pembelian) Rp 300.000.000,00
Penjualan kredit
(setelah dikurangi potongan dan retur penjualan) Rp 450.000.000,00
Harga pokok penjualan…………………………………….. Rp 289.000.000,00
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
32
Ayat Jurnal:
1. Mencatat pembelian secara kredit:
Persediaan Rp 300.000.000,00
Hutang Dagang Rp 300.000.000,00
2. Mencatat penjualan secara kredit:
Piutang Dagang Rp 450.000.000,00
Penjualan Rp 450.000.000,00
3. Mencatat penjualan harga pokok barang yangdijual:
Harga pokok penjualan Rp 289.000.000,00
Persediaan Rp. 289.000.000,00
4. Pelaporan:
Neraca pada tanggal 31 Desember
Persediaan : Rp 51.000.000,00
--
Penjualan : Rp 450.000.000,00
Harga Pokok Penjualan : Rp 289.000.000,00
Marjin Laba Kotor : Rp 322.000.000,00
Seperti halnya dalam sistem periodik, dalam sistem perpetual penentuan nilai
persediaan didasarkan pada metode harga pokok spesifik, MPKP,
MTKP dan rata-rata tertimbang. Contoh penerapan dalam sistem
perpetual adalah sebagai berikut:
Ilustrasi 1: Menentukan nilai persediaan dengan metode harga pokok spesifik.
Mobil A Mobil B Mobil C
Pembelian Rp 40.000 Rp 50.000 Rp 180.000
Penjualan Rp 45.000 --- ---
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
33
1) Jurnal untuk mencatat pembelian:
Persediaan (Mobil A) Rp 40.000,00
Persediaan (Mobil B) Rp 50.000,00
Persediaan (Mobil C) Rp 180.000,00
Kas (Hutang) Rp 270.000,00
2) Jurnal untuk mencatat penjualan:
Kas (Piutang) Rp 45.000,00
Penjualan Rp 45.000,00
Harga Pokok Penjualan Rp 40.000,00
Persediaan Rp 40.000,00
Persediaan Harga Pokok Penjualan
& 0 2) 40.000 3) 40.000
1) 270.000 & 230.000
270.000 270.000
& 230.000
Ilustrasi 2: Menentukan nilai persediaan dengan metode FIFO/MPKP.
Dalam pencatatan dengan metode Perpektual, setiap transaksi
penjualan barang, harga pokok barang yang dijual harus dihitung dan dicatat
debet pada akuntansi ”HARGA POKOK PENJUALAN”. Misalnya data
persediaan barang PD. MEKAR ABADI selama bulan Mei 2002 melakukan
transaksi bisnis sebagai berikut:
Mei 01 Persediaan awal 300 unit @ Rp 40.000,00
5 Pembelian 500 unit @ Rp 41.000,00
10 Penjualan 600 unit @ Rp 50.000,00
17 Pembelian 200 unit @ Rp 42.000,00
22 Pembelian 350 unit @ Rp 42.000,00
28 Penjualan 500 unit @ Rp 52.000,00
30 Pembelian 300 unit @ Rp 43.000,00
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
34
Menurut metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out) harga barang
yang dijual dihitung sbb:
Harga Pokok Barang yang dijual tanggal 10 Mei, sebanak 600 unit terdiri dari
atas:
? 300 unit dari persediaan awal.
Harga Pokok Barang tsb 300 x Rp 40.000,00 = Rp 12.000.000,00
? Kekurangannya sebanyak 80 unit, diambil
dari barang yang dibeli 5 Mei.
Harga Pokok Barang tsb. 300 x Rp 41.000,00 = Rp 12.300.000,00 (+)
Jumlah = Rp 24.300.000,00.
Harga Pokok Barang yang dijual tanggal 28 Mei, sebanyak 500 unit terdiri atas:
? 200 unit dari sisa pembelian tanggal 5 Mei
Harga Pokok Barang tsb. 200 x Rp 42.000,00 = Rp 8.200.000,00
? Kekurangan diambil dari yang dibeli tanggal 17
Harga Pokok Barang tsb. . 200 x Rp 42.000,00 = Rp 8.200.000,00
? 100 unit diambil dari yang dibeli tanggal 22
Harga Pokok Barang tsb. 100 x Rp 42.000,00 = Rp 4.250.000,00 (+)
Jumlah = Rp 20.850.000,00
Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah harga pokok barang dijual pada bulan
Mei 2000 adalah: Rp 24.300.000,00 + Rp 20.850.000,00
= Rp 45.150.000,00
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
35
Mutasi barang ini akan tampak dalam kartu persediaan sebagai berikut:
PD . MEKAR ABADI Barang: --
Satuan: Unit Metode: MPKP
KARTU PERSEDIAAN
Tanggal DITERIMA DIKELUARKAN SALDO
Unit Harga
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Unit Harga
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Unit Harga
(Rp)
Jumlah
(Rp)
2000
Mei 1 300 40.000 12.000.000
5 500 41.00 20.000.000 300
500
40.000
41.000
12.000.000
20.500.000
10 300 41.000 12.000.000
300 40.000 12.300.000 200 41.000 8.200.000
17 200 42.000 8.400.000 200 41.000 8.200.000
200 42.000 8.400.000
22 350 42.500 14.875.00 200 41.000 8.200.000
200 42.000 8.400.000
350 42.500 14.875.000
28 200 41.000 8.200.000
200 42.000 8.400.000
100 42.500 4.250.000 250 42.500 10.625.000
30 300 43.000 12.900.000 250
300
42.500
43.000
10.625.000
12.900.000
Mei 31
Jumlah 1.350 56.675.000 1100 45.150.000 550 23.525.000
Menurut metode MPKP dan metode perpektual, dalam kartu persediaan
tampak harga pokok penjualan pada bulan Mei 2002 Rp 45.150.000,00.
Sementara persediaan pada 31 Mei berjumlah Rp 23.525.000,00 yang terdiri
atas 250 unit @ Rp 42.500,00 dan 300 unit @ Rp 43.000,00.
Ilustrasi 3: Menentukan nilai persediaan dengan metode LIFO/MTKP.
Masih terkait dengan contoh data persediaan barang PD. REZEKI ABADI
selama bulan Mei 2000, maka dengan metode ini Harga Pokok barang yang
dijual dihitung sebagai berikut:
Harga pokok barang yang dijual pada tanggal 10 sebanyak 600 unit terdiri atas:
? 500 unit dari pembelian tanggal 5
500 x Rp 41.000,00 Rp 20.500.000,00
? kekurangannya diambil dari persediaan
100 x Rp 40.000,00 Rp 4.000.000,00
Jumlah Rp 24.500.000,00
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
36
Harga pokok barang yang dijual pada tanggal 28 Mei sebanyak 500 unit terdiri
atas:
? 350 unit yang dibeli tanggal 22
350 x Rp 42.000,00 Rp 14.875.000,00
? kekurangannya diambil dari pembeli
tanggal 17:
150 x Rp 42.000,00 Rp 6.300.000,00
Jumlah Rp 21.175.000,00
Mutasi barang ini tampak dalam kartu persediaan sebagai berikut:
Barang: --
PD . MEKAR ABADI Satuan: Unit
Metode: MTKP
KARTU PERSEDIAAN
Tanggal DITERIMA DIKELUARKAN SALDO
Unit Harga
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Unit Harga
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Unit Harga
(Rp)
Jumlah
(Rp)
2002
Mei 1 300 40.000 12.000.000
5 500 41.00 20.000.000 300
500
40.000
41.000
12.000.000
20.500.000
10 500 41.000 20.500.000 200 40.000
12.000.000
100 40.000 4.000.000 200 41.000 8.200.000
17 200 42.000 8.400.000 200 41.000 8.200.000
200 42.000 8.400.000
22 350 42.500 14.875.00 200 41.000 8.200.000
200 42.000 8.400.000
350 42.500
14.875.000
28 350 41.000 8.200.000 200 40.000 8.000.000
150 42.000 63.000.000 50 42.000 2.100.000
30 300 43.000 12.900.000 250
50
300
40.500
42.000
43.000
8.000.000
2.000.000
12.900.000
Mei 31
Jumlah 1.350 56.675.000 1100 45.150.000 550 23.525.000
Ilustrasi 4: Menentukan nilai persediaan dengan metode Rata-rata Bergerak.
Masih terkait dengan contoh data persediaan barang PD. MEKAR ABADI
selama bulan Mei 2002, maka dengan metode ini harga beli rata rata
persatauan akan berubah setiap terjadi transaksi pembelian barang. Harga
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
37
rata-rata persatauan barang yang dijual adalah harga rata rata persatuan yang
berlaku pada saat terjadi transaksi penjualan. Dari data contoh di atas, harga
pokok yang dijual pada tanggal 10 Mei 2002, sebanyak 600 unit dihitung
sebagai berikut:
Persediaan 1 Mei 300 unit @ Rp 40.000,00 = Rp 12.000.000,00
Pembelian 5 Mei 500 unit @ Rp 41.000,00 = Rp 20.500.000,00 (+)
Jumlah 800 unit = Rp 32.500.000,00
Harga rata rata tiap unit = = Rp = 40.625,00
Jadi harga pokok penjualan tanggal 10 Mei 2000,
Sebesar 600 x Rp 40.625,00 = Rp 24.375.000,00
Ilustrasi 5: Menentukan nilai persediaan dengan metode Pengganti.
Dengan Metode ini persediaan dinilai berdasarkan harga terendah
antara harga beli dengan harga pasar. Metode ini sering disebut
dengan singkatan COMWIL (cost market whice ever is lower).
Dalam penerapan metode ini, harga pasar pada saat penilaian
persediaan, harus selalu diperhatikan.
Contoh:
Misalnya persedian barang PD. MEKAR ABADI pada 31 Desem 2002,
sebanyak 30.000 kg. Dengan total harga beli Rp 60.000.000,00 harga
pasar yang sama pada tanggal 31/12’ 2002, Rp 2.200,00 tiap kg.
Dengan demikian nilai persediaan pada 31/12’ 2000, adalah sebagai
berikut:
- Menurut harga beli, Rp 66.000.000,00
- Menurut harga pasar, 30.000 x Rp 2.000,00 = Rp 60.000.000,00
Rp 32.500.000,00
800 unit
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
38
Dari data di atas terlihat bahwa harga terendah dari kedua tersebut adalah
harga pasar yaitu sebesar Rp 60.000.000,00 sehingga nilai persediaan yang
dilaporkan dalam neraca adalah sebesar Rp 60.000.000,00.
Metode penilaian harga terendah antara harga beli dan harga pasar
(COMWIL), dapat diterapkan untuk:
1. Setiap jenis barang
2. Masing masing kelompok persediaan barang
3. Diterapkan kepada seluruh persediaan barang
Sebagai contoh, PD MEKAR ABADI pada 31 Desember 2002 memiliki berbagai
macam persediaan yang telah dikelompokkan sebagai berikut:
Jenis barang Harga beli (cost) Harga pasar
Harga terendah antara
harga beli harga pasar
perjenis barang
Kelompok A
Barang A - 1
Barang A – 2
Jumlah
Kelompok B
Barang B - 1
Barang B – 2
Jumlah
Total A + B
Rp 16.400.000,00
Rp 10.800.000,00
Rp 27.200.000,00
Rp 19.200.000,00
Rp 15.680.000,00
Rp 34.880.000,00
Rp 62.080.000,00
Rp 15.200.000,00
Rp 11.568.000,00
Rp 26.768.000,00
Rp 18.600.000,00
Rp 16.240.000,00
Rp 34.840.000,00
Rp 61.608.000,00
Rp. 15.200.000,00
Rp. 10.800.000,00
Rp. 26.000.000,00
Rp. 18.600.000,00
Rp. 15.680.000,00
Rp. 60.280.000,00
Rp. 60.280.000,00
Penerapan metode harga terendah antara harga beli dengan harga pasar
“COMWIL” terhadap kelompok kelompok persediaan di atas dapat dilakukan
sebagai berikut:
1. Di Terapkan kepada Setiap Jenis Barang
Harga terendah untuk setiap jenis barang pada daftar di atas:
? Barang A1 Harga pasar Rp 15.200.000,00
? Barang A2 Harga pasar Rp 10.800.000,00
? Barang B1 Harga pasar Rp 18.600.000,00
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
39
? Barang B2 Harga pasar Rp 15.680.000,00 (+)
Rp 60.280.000,00
Dengan demikian nilai persediaan yang dilaporkan dalam neraca 31 Desember
2002 sebesar Rp 60.280.000,00
2. Diterapakan terhadap masing masing kelompok persediaan barang.
Harga terendah untuk setiap kelompok barang di atas adalah:
- Kelompok A Harga pasar Rp 26.768.000,00
- Kelompok B Harga pasar Rp 34.840.000,00 (+)
Rp 61.608.000,00
a) Jadi nilai persediaan yang dilaporkan dalam neraca Rp 61.608.000,00
b) Diterapakan terhadap seluruh persediaan barang pada daftar di atas
adalah harga pasar sebesar Rp 61.608.000,00 sehingga yang dilaporkan Rp
61.608.000,00.
Memperkirakan Persediaan
Karena pertimbangan praktis dan biaya, tidak semua perusahaan
menghitung persediaan akhirnya pada setiap akhir periode. Walaupun
demikian perusahaan tersebut tetap memerlukan laporan keuangan yang
dibuat per periode. Karena itu sering perusahaan harus memperkirakan nilai
dari persediaan yang dimilikinya. Banjir atau kebakaran dapat menghancurkan
persediaan barang, dan untuk mendapatkan ganti rugi dari perusahaan
asuransi, perusahaan tersebut harus dapat memperkirakan nilai persediaan
tanpa harus menghitung persediaan akhir yang dimilikinya. Metode yang biasa
dipergunakan untuk memperkirakan persediaan akhir adalah metode marjin
kotor dan metode eceran. Kedua metode ini sering dipakai dalam praktik.
A. Metode Marjin Kotor
Metode marjin kotor adalah metode yang digunakanuntuk memperkirakan nilai
persediaan akhir yang didasarkan pada harga pokok penjualan.
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
40
Persediaan Awal
+ Pembelian Bersih
_______________________________________
= Harga Pokok Persediaan yang dapat dijual
- Persediaan Akhir
________________________________________
= Harga Pokok Penjualan
Dengan mengubah persamaan diatas, maka akan diperoleh model yang
berguna untuk memperkirakan dari persediaan akhir yang kita miliki.
Persediaan Awal
+ Pembelian Bersih
_____________________________________
= Harga Pokok Persediaan yang dapat dijual
- Harga Pokok Penjualan
_____________________________________
= Persediaan Akhir
Misalkan persediaan barang perusahaan habis terbakar. Untuk
mendapatkan penggantian asuransi, perusahaan tersebut harus dapat
memperkirakan biaya persediaan akhir yang dimiliki pada saat kebakaran. Jika
kebakaran tersebut tidak menghancurkan data akuntansi yang dimiliki
perusahaan, maka data mengenai persediaan awal dan pembelian netto dapat
diambil langsung dari data akuntansi. Data mengenai penjualan, penjualan
retur, dan potongan penjualan menunjukan penjualan netto yang dilakukan
perusahaan sampai saat terjadinya kebakaran. Dengan menggunakan tingkat
marjin kotor(marjin kotor dibagi penjualan netto)yang biasanya didapatkan
perusahaan, kita dapat memperkirakan berapa harga pokok penjualan yang
kita perkirakan tadi dari harga pokok persediaan yang dapat dijual untuk
mendapatkan perkiraan biaya persediaan akhir. Gambar di bawah
menggambarkan cara penggunaan metode marjin kotor.
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
41
Langkah 1 : Persediaan + Pembelian = Harga Pokok Barang
Awal Bersih Tersedia Dijual
Langkah 2: Harga Pokok Barang - Harga Pokok = Persediaan
Tersedia Dijual Penjualan Akhir
GAMBAR: memperkirakan persediaan akhir
Persediaan awal ………………………………… Rp. 14.000.000
Pembelian bersih ……………………………….. Rp. 66.000.000
Harga pokok persediaan yang dapat dijual……… Rp. 80.000.000
Harga pokok penjualan…………………………..
Penjualan bersih………………………….. Rp 100.000.000
Dikurang:
Perkiraan Laba kotor 40%………………. Rp. 40.000.000
Perkiraan Harga pokok penjualan……….. Rp. 60.000.000
Perkiraan biaya persediaan akhir………… Rp. 20.000.000
Akuntan, manager, dan juga auditor biasanya menggunakan metode marjin kotor
ini untuk memeriksa tingkat kewajaran dari persediaan yang kita hiting secara
fisik. Metode ini dapat menolong untuk menemukan kesalahan – kesalahan saat
pada perhitungan fisik
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
42
B. Metode eceran
Pengecer seperti toko kecil sampai departement store biasanya
menggunakan metode eceran untuk memperkirakan biaya persediaan
akhirnya. Seperti metode marjin kotor, metode eceran ini juga didasarkan
pada persamaan harga pokok penjualan. Namun, metode eceran
mengharuskan perusahaan untuk mencatat pembelian persediaan dengan
dua harga, yang pertama pada harga pembeliaan, seperti yang dicatat pada
jurnal- jurnal dan buku pembelian, sedangkan kedua dicatat pada harga
eceran seperti yang tercatat pada price tag. Hal ini tidak terlalu merepotkan
perusahaan, karena biasanya perusahaan eceran menentukan harga eceran
dengan menambahkan mark up tertentu pada harga belinya. Misalkan suatu
departement store membeli sabuk pria seharga Rp 6.000 kemudian
menambahka mark up sebesar Rp 4.000, sehingga harga jual eceran dari
sabuk tersebut adlah Rp 10.000. dalam metode eceran ini, nilai persediaan
akhir dari perusahaan didapatkan dengan bekerja mundur dari harga eceran
untuk mendapatkan harga belinya. Gambar 9-12 menggambarkan cara kerja
proses ini
Harga beli Harga jual
Persediaan awal Rp 24.000 Rp 40.000
Pembelian bersih 144.000 240.000
Harga pokok persediaan yang dapat dijual 168.000 280.000
Rasio Rp 168.000/280.000=0,60
Dikurangi:
Penjualan bersih(pada harga jual) ( 230.000)
Persediaan akhir(pada harga jual) Rp 50.000
Persediaan akhir(pada harga beli)
(Rp 50.000 x 0,6) Rp 30.000
GAMBAR 1: memperkirakan nilai persediaan dengan metode eceran
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
43
Dalam Gambar di atas, Catatan akuntansi menunjukkan bahwa harga pokok
barang yang dapat dijual besarnya Rp 168.000 (Pada harga beli) dan Rp 280.000
(pada harga eceran).Rasio dari kedua harga tersebut adalah 0,60 (Rp
168.000/280.000).Untuk mudahnya ,dalam bab ini kita membulatkan perhtungan
sampai dua angka dibelakang koma.bila kita mengurangkan penjualan netto
(harga eceran) dengan harga pokok dari barang yang dapat dijual (juga pada
harga eceran) kita akan mendapatkan nilai persediaan akhir berdasarkan harga
eceran. Nilai persediaan akhir inilah yang akan kita kalikan dengan 0,60 untuk
mendapatkan nilai persediaan akhir berdasarkan harga beli
Misalkan perusahaan pengecer menpunyai empat kategori persediaan,
dimana setiap pesediaan memiliki rasio yang berbeda-beda. Bagaimanakah
cara perusahaan tersebut menggunakan metode eceran untuk memperkirakan
harga pokok persediaan akhir yang dimilikinya?. Terapkan metode eceran
secara terpisah pada setipa kategori dari persediaan , kemudian dengan
menggunakan rasio yang spesifik untuk keempat kategori tersebut ,kita dapat
mencari nilai persediaan akhir berdasarkan harga perolehan . Setelah itu
jumlahkan Keempat Jenis persediaan tersebut untuk mendapatkan total biaya
persediaan akhir perusahaan .
Walaupun metode eceran ini hanya merupakan teknik untuk
memperkirakan harga pokok persediaan, tapi banyak perusahaan yang
menggunakan metode ini utnuk menilai biaya persediaan akhir yang akan
tercantum dineraca. Perusahaan – perusahaan tersebut biasanya menghitung
persediaan yang dimilikinya sepanjang tahun, tapi perhitungan tersebut
dilakukan berdasarkan harga eceran
PENYAJIAN PERSEDIAAN DI LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan,
termasuk rumus biaya yang dipakai
SMK Bidang Bisnis dan Manajemen_PK Akuntansi
Kode Modul: AK.26.E.4: Akun Persediaan
44
b. total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut
klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan.
c. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih.
d. Jumlah dari setiap pemuliahn dari setiap penurunan nilai yang diakui
sebagai penghasilan selama periode.
e. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang
diturunkan.
f. Nilai tercatat persediaan yang diperuntukan sebagai jaminan kewajiban.
C. Ringkasan Materi 3
Dalam sistem perpetual, untuk mencatat setiap transaksi yang
mempengaruhi besarnya persediaan digunakan kartu persediaan. Dengan
kartu ini maka dapat diketahui nilai dan kuantitas setiap jenis persediaan
yang dimiliki perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar